Sungguh indah dan nyaman perasaan apabila mendapat kasih sayang daripada Tuhan yang sentiasa menyediakan segala keperluan kita, meluaskan keampunan dan rahmat-Nya kepada kita. Kemuncak daripada perjalanan kehambaan ini adalah apabila dijemput untuk menziarahi Allah di syurga kelak. Digambarkan oleh ‘ulama; apabila mendapat jemputan tersebut, hati terasa begitu berdebar bagaikan hendak tercabut jantung.

September 05, 2013

Hadits Nabi Tentang Wanita

Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa salam yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas.
Dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al Qur'an.

Berikut ini adalah beberapa hadits yang berkaitan dengan wanita yang kami rangkum dari berbagai sumber yang kredibel. Semoga dengan mengetahui dan mengamalkan Hadits-Hadits ini, kita dapat mejadi orang yang lebih baik lagi.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, yang artinya :
"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min : 'Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka'.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang." (QS. Al-Ahzab : 59)

1. Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam : "Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah." (HR. Muslim no. 1467)

2. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu : "Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya." (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57 : "Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.")

3. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bagi lelaki yang ingin menikah : "Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung." (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466)

(kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit." (HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’ush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 282)

5. Ketika Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam : "Wahai Rasulullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki ?"
Beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam menjawab : "Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat." (HR. Ibnu Majah no. 1856, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah no. 1505)

6. Al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallhu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, yang artinya :
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya, dan berbuat baiklah kepada wanita. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, maka engkau mematahkannya dan jika engkau biarkan, maka akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berbuatlah baik kepada wanita." (HR. Bukhari dan Muslim)

7. Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam bersabda : "Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya : Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai." (HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no. 660, 661)

8. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata : "Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha." (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287)

9. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda : "Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya". (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)

10. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda : "Allah tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal dia membutuhkannya." (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 289)

11. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya." (HR. Muslim no.1436)

12. Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam bersabda : "Apabila seorang istri bermalam dalam keadaan meninggalkan tempat tidur suaminya, niscaya para malaikat melaknatnya sampai ia kembali (ke suaminya)." (HR. Al-Bukhari no. 5194 dan Muslim no. 1436)

13. Kisah wanita yang akan berangkat menunaikan shalat 'ied, ia tidak memiliki jilbab, maka diperintah oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam : "Hendaknya Saudarinya meminjaminya Jilbab untuknya." (HR. Bukhari No. 318).

14. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di akhir kehidupannya, dan hal itu terjadi pada haji Wada’ : "Ingatlah, berbuat baiklah kepada wanita. Sebab, mereka itu (bagaikan) tawanan di sisi kalian. Kalian tidak berkuasa terhadap mereka sedikit pun selain itu, kecuali bila mereka melakukan perbuatan nista. Jika mereka melakukannya, maka tinggalkanlah mereka di tempat tidur mereka dan pukul lah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Jika ia mentaati kalian, maka janganlah berbuat aniaya terhadap mereka. Mereka pun tidak boleh memasukkan siapa yang tidak kalian sukai ke tempat tidur dan rumah kalian. Ketahuilah bahwa hak mereka atas kalian adalah kalian berbuat baik kepada mereka (dengan mencukupi) pakaian dan makanan mereka." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih)

15. Ummu Salamah berkata : "Wahai Rasulullah, bagaimana wanita berbuat dengan pakaiannya yang menjulur ke bawah ?"
Beliau bersabda : "Hendaklah mereka memanjangkan satu jengkal",
lalu ia bertanya lagi : "Bagaimana bila masih terbuka kakinya ?"
Beliau menjawab : "Hendaknya menambah satu hasta, dan tidak boleh lebih". (HR. Tirmidzi 653 dan berkata : "Hadits hasan shahih").

16. Dari Sa’ad radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam bersabda padanya : "Apapun yang engkau berikan berupa suatu nafkah kepada keluargamu, maka engkau diberi pahala, hingga sampai sesuap makanan yang engkau angkat (masukkan) ke mulut istrimu." (HR. Bukhari dan Muslim)

17. Al-Hushain bin Mihshan rahimahullahu menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam karena satu keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya : "Apakah engkau sudah bersuami?"
Bibi Al-Hushain menjawab : "Sudah."
"Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu ?" tanya Rasulullah lagi.
Ia menjawab : "Aku...tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu."
Rasulullah bersabda : "Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu " (HR. Ahmad 4/341 dan selainnya, lihat Ash-Shahihah no. 2612)

18. Di dalam kisah gerhana matahari yang mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana padanya dengan shalat yang panjang, beliau melihat surga dan neraka. Ketika beliau melihat neraka beliau bersabda kepada para shahabatnya : "… Dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita".
Para shahabat pun bertanya : "Wahai Rasulullah, Mengapa (demikian) ?"
Beliau menjawab : "Karena kekufuran mereka."
Kemudian mereka bertanya lagi : "Apakah mereka kufur kepada Allah?"
Beliau menjawab : "Mereka kufur (durhaka) terhadap suami-suami mereka, kufur (ingkar) terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata : Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu." (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma)

19. Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam bersabda : "Ada dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya : Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya, dan wanita yang kasiyat (berpakain tapi telanjang baik karena tipis, atau pendek yang tidak menutup semua auratnya), Mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang) kepala mereka seperti punuk onta yang berpunuk dua. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya padahal bau surga itu akan didapati dari sekian dan sekian (perjalanan 500 tahun)." (HR. Muslim 3971, Ahmad 8311 dan Imam Malik 1421)

20. Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik dari pada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya." (HR. At-Thabrani dan Baihaqi)

21. Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Barang siapa memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan dihari akhir nanti." (HR. Abu Daud)

22. Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda (artinya) : "Wahai anakku Fatimah ! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat laki-laki yang bukan mahramnya." (HR. Bukhari & Muslim)

23. Dari Hamzah bin Abi Usaid al-Anshari, dari bapaknya, bahwa ia telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada para wanita (saat itu beliau sambil keluar dari masjid, dan terlihat laki-laki dan wanita berbaur di jalan) :
"Minggirlah kalian, karena tidak layak bagi kalian untuk berjalan di tengah. Kalian harus berjalan di pinggir."
Sejak saat itu, ketika para wanita berjalan keluar, mereka berjalan ditepi tembok. Bahkan baju-baju mereka sampai tertambat di tembok, karena begitu dekatnya mereka dengan tembok ketika berjalan. (HR. Abu Dawud; Hasan)

24. Dari Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda (artinya) :
"Janganlah kalian melarang wanita-wanita kalian dari masjid-masjid, akan tetapi rumah-rumah mereka adalah lebih baik untuk mereka." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah; Shahih)

25. Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam, beliau bersabda (artinya) :
"Sesungguhnya wanita adalah aurat. Sehingga ketika ia keluar rumah, ia akan disambut oleh syaithan. Dan kondisi yang akan lebih mendekatkan dirinya dengan Rabbnya adalah ketika ia berada di rumahnya." (HR. Ibnu Khuzaimah; Shahih)

26. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Akan ada di akhir umatku kaum lelaki yang menunggang pelana seperti layaknya kaum lelaki, mereka turun di depan pintu-pintu masjid, wanita-wanita mereka berpakaian (tetapi) telanjang, di atas kepala mereka (terdapat sesuatu) seperti punuk onta yang lemah gemulai. Laknatlah mereka ! sesungguhnya mereka adalah wanita-wanita terlaknat." (HR. Imam Ahmad (2/233) )

27. Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Siapa saja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka itu mencium baunya, maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zina." (HR. An-Nasaii ibnu Khuzaimah & ibnu Hibban)

28. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Rasulullah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikir giginya." (HR. At-Thabrani)

29. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita." (HR. Bukhari, no. 3069 dan Muslim no.7114, dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)

30. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Aku berdiri di depan pintu syurga, lalu (kulihat) kebanyakkan orang yang masuk kedalamnya adalah orang orang miskin, dan orang orang yang kaya ditahan kecuali penghuni neraka mereka disuruh untuk masuk ke neraka, dan aku berdiri di depan pintu neraka maka (kulihat) kebanyakkan yang masuk kedalamnya adalah wanita". (HR. Muslim, no. 7113)

31. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah wanita." (HR. Muslim, no. 7118).

32. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar'i) maka haram baginya wangi Surga." (HR. Abu Daud, no. 2228, dan Ibnu Majah, no. 2055 Di shahihkan oleh syekh Al-Bani dalam "shahih sunan Abu Daud" (no. 1928).

33. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Apabila suami mengajak istri keranjangnya (untuk jima') lalu ia tidak memenuhi maka ia dilaknat oleh para malaikat sampai subuh".
Dalam riwayat : "lalu ia tidur malam sedang suaminya murka maka para malaikat akan melaknatnya sampai subuh."
Dalam riwayat lain : "Apabila istri diwaktu malam meninggalkan ranjang suaminya, ia enggan mendatanginya, maka yang di langit (Allah) akan murka kepadanya sampai ia minta keridhaan suaminya.

34. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Bershadaqahlah kalian ! Karena kebanyakan kalian adalah kayu bakarnya Jahanam !"
Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, iapun bertanya : "Mengapa demikian, wahai Rasulullah ?"
Beliau menjawab : "Karena kalian banyak mengeluh dan kalian kufur terhadap suami !" (HR. Bukhari)
4. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah pula bersabda : "Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan 

Kisah lima perkara aneh

                        Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang masyur. Suatu ketika dia pernah berkata, ayahku menceritakan bahawa antara Nabi-nabi yang bukan Rasul ada menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara. Maka salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi diperintahkan yang berbunyi, "Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menghala ke barat. Engkau dikehendaki berbuat, pertama; apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua; engkau sembunyikan, ketiga; engkau terimalah, keempat; jangan engkau putuskan harapan, yang kelima; larilah engkau daripadanya."

                        Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata, "Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan."
Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika dia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti. Maka Nabi itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur 'Alhamdulillah'.

                        Kemudian Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas. Dia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu terkeluar semula. Nabi itu pun menanamkannya semula sehingga tiga kali berturut-turut. Maka berkatalah Nabi itu, "Aku telah melaksanakan perintahmu." Lalu dia pun meneruskan perjalanannya tanpa disedari oleh Nabi itu yang mangkuk emas itu terkeluar semula dari tempat ia ditanam.

                        Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia ternampak seekor burung helang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, "Wahai Nabi Allah, tolonglah aku." Mendengar rayuan burung itu, hatinya merasa simpati lalu dia pun mengambil burung itu dan dimasukkan ke dalam bajunya. Melihatkan keadaan itu, lantas burung helang itu pun datang menghampiri Nabi itu sambil berkata, "Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku."

                        Nabi itu teringatkan pesanan arahan dalam mimpinya yang keempat, iaitu tidak boleh putuskan harapan. Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu. Akhirnya dia membuat keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pehanya dan diberikan kepada helang itu. Setelah mendapat daging itu, helang pun terbang dan burung kecil tadi dilepaskan dari dalam bajunya. Selepas kejadian itu, Nabi meneruskan perjalannya. Tidak lama kemudian dia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya, maka dia pun bergegas lari dari situ kerana tidak tahan menghidu bau yang menyakitkan hidungnya. Setelah menemui kelima-lima peristiwa itu, maka kembalilah Nabi ke rumahnya. Pada malam itu, Nabi pun berdoa. Dalam doanya dia berkata, "Ya Allah, aku telah pun melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku erti semuanya ini."

                        Dalam mimpi beliau telah diberitahu oleh Allah s.w.t. bahawa, "Yang pertama engkau makan itu ialah marah. Pada mulanya nampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis daripada madu.
Kedua semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan nampak jua.                                     Ketiga jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya.                                             Keempat jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi membantu kepadanya meskipun kau sendiri berhajat.                                                                                                                                                                         Kelima bau yang busuk itu ialah ghibah (menceritakan hal seseorang). Maka larilah dari orang-orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah."

                        Saudara-saudaraku, kelima-lima kisah ini hendaklah kita semaikan dalam diri kita, sebab kelima-lima perkara ini sentiasa sahaja berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Perkara yang tidak dapat kita elakkan setiap hari ialah mengata hal orang, memang menjadi tabiat seseorang itu suka mengata hal orang lain. Haruslah kita ingat bahawa kata-mengata hal seseorang itu akan menghilangkan pahala kita, sebab ada sebuah hadis mengatakan di akhirat nanti ada seorang hamba Allah akan terkejut melihat pahala yang tidak pernah dikerjakannya. Lalu dia bertanya, "Wahai Allah, sesungguhnya pahala yangKamu berikan ini tidak pernah aku kerjakan di dunia dulu."

                        Maka berkata Allah s.w.t., "Ini adalah pahala orang yang mengata-ngata tentang dirimu." Dengan ini haruslah kita sedar bahawa walaupun apa yang kita kata itu memang benar, tetapi kata-mengata itu akan merugikan diri kita sendiri. Oleh kerana itu, hendaklah kita jangan mengata hal orang walaupun ia benar.

September 04, 2013

Kisah Tenggelamnya Titanic Ada Disebut Dalam Surah Yassin

Sungguh menakjubkan apabila mengetahui maksud yang terkandung dalam surah Yassin yang sering kita baca mempunyai perkaitan rapat dengan kisah kapal Titanic yang telah tenggelam kira-kira 101 tahun yang lalu (1912 – 2013).
titanic1
Titanic tenggelam seperti difilemkan pada tahun 2000
Seluruh dunia mengetahui kisah tenggelamnya kapal Titanic yang sangat tragis.  Selain itu, pelbagai novel telah menceritakan kisah memilukan dalam tragedi tersebut bahkan telah difilemkan.
Terdapat juga sebuah lagu yang menjadi kegemaran seluruh dunia dan dijadikan sebagai sound track filem berkenaan. Tetapi, tahukan kita apa sebenarnya penyebab Titanic tenggelam ke dasar lautan dalam?
Kapal Titanic tenggelam pada 14 April 1912 dalam tempoh kurang 3 jam selepas terlanggar bongkah ais gergasi, punca utama yang menyebabkan Titanic terputus dua sebelum ianya hilang dari pandangan serta mengorbankan 1517 mangsa.

Kapal termahal yang pada mulanya diberi nama Gigantic, sesuai dengan statusnya yang besar dan mewah, kemudian ditukar kepada Titanic yang bermaksud ‘dewa jahat perkasa’ , menelan kos lebih $USD7juta (pada masa itu).
Kapal mewah ini mengambil masa 3 tahun untuk disiapkan, serta melibatkan 5 ribu tenaga kerja itu akhirnya tenggelam menjadi tukun pembiakan ikan di dasar lautan Atlantik hanya selepas 4 hari belayar merentasi samudera dari Southampton, England menuju ke New York.
Bayangkan 3 tahun untuk disiapkan, namun mengambil masa 3 jam sahaja untuk tenggelam!
Pemilik kapal mewah ini pernah mengeluarkan kenyataan angkuhnya iaitu  ‘Tuhan pun tidak mampu menenggelamkannya..”
Kata-kata ini sudah cukup menunjukkan betapa megahnya pemilik kapal Titanic  ini, dalam satu majlis makan malam sempena pelancarannya iaitu kira-kira beberapa hari sebelum kapal ini memulakan perjalanan.
manusia_angkuh
Edward J.Smith yang angkuh
Tidak cukup dengan itu ditambah pula kenyataan kapten Edward J.Smith yang dilantik sebagai nakhoda yang bakal menerajui pelayaran sulung gergasi laut itu, kapal penumpang paling besar, paling mewah, paling canggih di zamannya..
“Sepanjang 40 tahun pengalaman aku dalam bidang pelayaran, bermacam cabaran dilalui, pelbagai keadaan cuaca dan ribut telah dirempuh, aku berjaya elakkan segala kemalangan, kerana aku adalah yang terbaik dan tidak pernah gagal dalam setiap misi perjalanan…”
Kenyataan beliau itu cukup menunjukkan mereka telah lupa ada kuasa yang jauh lebih hebat iaitu Tuhan.
Dan mereka turut menyatakan
Para ilmuan Islam membuat kajian bahawa maksud dari potongan ayat dalam surah Yassin  berdasarkan kenyataan bongkak kapten kapal Titanic  sebagaimana seperti berikut  (Ayat 41 hingga ayat 44)  :

لَا الشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَا أَن تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

41. Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan.

وَآيَةٌ لَّهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ

42. dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu [1269]. [1269] Maksudnya : binatang-binatang tunggangan, dan alat-alat pengangkutan umumnya.

وَخَلَقْنَا لَهُم مِّن مِّثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ

43. Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan.

وَإِن نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنقَذُونَ

44. Tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika.
Para sarjana dan ilmuwan Islam terkemuka dunia yang mengkaji sejarah kapal itu menemui hasilnya yang amat mengejutkan.  ”Hasil” dari kenyataan bongkak itu, Tuhan mentakdirkan kapal itu belayar hanya 3 hari saja dan lautan Atlantik Utara menjadi perkuburan besar bagi hampir 1500 orang yang menjadi mangsa  Titanic.
Kesimpulannya, apa yang kita ada dalam dunia ini adalah hak Allah.  Allah berhak memusnahkan segala kemegahan, kecantikan dan sebagainya dalam sekelip mata sahaja jika itu atas kehendak-Nya.  Sejauh manapun angkuhnya manusia, perlulah kita ingat bahawa kita Tuhan yakni Allah Yang Maha Kaya dan Maha Pencipta.  Renung-renungkan…

September 01, 2013

Kisah seekor ulat


                        Dalam sebuah kitab Imam Al-Ghazali menceritakan pada suatu ketika tatkala Nabi Daud a.s. sedang duduk dalam suraunya sambil membaca kitab az-Zabur, dengan tiba-tiba dia terpandang seekor ulat merah pada debu. Lalu Nabi Daud a.s. berkata pada dirinya, "Apa yang dikehendaki Allah s.w.t. dengan ulat ini?" Sebaik sahaja Nabi Daud selesai berkata begitu, maka Allah s.w.t. pun mengizinkan ulat merah itu berkata-kata. Lalu ulat merah itu pun mula berkata-kata kepada Nabi Daud a.s. "Wahai Nabi AllahAllah s.w.t. telah mengilhamkan kepadaku untuk membaca 'Subhanallahu walhamdulillahi wala ilaha illallahu wallahu akbar' setiap hari sebanyak 1000 kali dan pada malamnya Allah s.w.t. mengilhamkan kepadaku supaya membaca 'Allahumma solli ala Muhammadin annabiyyil ummiyyi wa ala alihi wa sohbihi wa sallim' setiap malam sebanyak 1000 kali.

                        Setelah ulat merah itu berkata demikian, maka dia pun bertanya kepada Nabi Daud a.s. "Apakah yang dapat kamu katakan kepadaku agar aku dapat faedah darimu?" Akhirnya Nabi Daud menyedari akan kesilapannya kerana memandang remeh akan ulat tersebut, dan dia sangat takut kepada Allah s.w.t. maka Nabi Daud a.s. pun bertaubat dan menyerah diri kepada Allah s.w.t. Begitulah sikap para Nabi a.s.apabila mereka menyedari kesilapan yang telah dilakukan maka dengan segera mereka akan bertaubat dan menyerah diri kepada Allah s.w.t.. Kisah-kisah yang berlaku pada zaman para nabi bukanlah untuk kita ingat sebagai bahan sejarah, tetapi hendaklah kita jadikan sebagai teladan supaya kita tidak memandang rendah kepada apa sahaja makhluk Allah s.w.t. yang berada di bumi yang sama-sama kita tumpangi ini.

Allah s.w.t. menolak satu doa Rasullullah s.a.w.


                        'Amir bin Said dari bapanya berkata bahawa : "Satu Rasulullah s.a.w. telah datang dari daerah berbukit. Apabila Rasulullah s.a.w. sampai di masjid Bani Mu'awiyah lalu beliau masuk ke dalam masjid dan menunaikan solat dua rakaat. Maka kami pun turut solat bersama dengan Rasulullah s.a.w. Kemudian Rasulullah s.a.w. berdoa dengan doa yang agak panjang kepada Allah s.w.t.Setelah selesai beliau berdoa maka Rasulullah s.a.w. pun berpaling kepada kami lalu bersabda yang bermaksud : "Aku telah bermohon kepada Allah s.w.t. tiga perkara, dalam tiga perkara itu cuma dia memperkenankan dua perkara sahaja dan satu lagi ditolak.

1. Aku telah bermohon kepada Allah s.w.t. supaya ia tidak membinasakan umatku dengan musim susah yang berpanjangan. Permohonanku ini diperkenankan oleh Allah s.w.t.
2. Aku telah bermohon kepada Allah s.w.t. supaya umatku ini jangan dibinasakan dengan bencana tenggelam (seperti banjir besar yang telah melanda umat Nabi Nuh a.s.). Permohonanku ini telah diperkenankan oleh Allah s.w.t.
3. Aku telah bermohon kepada Allah s.w.t. supaya umatku tidak dibinasakan kerana pergaduhan sesama mereka (peperangan, pergaduhan antara sesama Islam). Tetapi permohonanku telah tidak diperkenankan (telah ditolak).

Apa yang kita lihat hari ini ialah negara-negara Islam sendiri bergaduh antara satu sama lain, hari ini orang Islam bergaduh sesama sendiri, orang kafir menepuk tangan dari belakang, apakah ini cantik kita melihatnya ?

Malaikatpun Beramai-ramai Menziarahi Makam Tsa’labah


Tersebutlah seorang pemuda bernama Tsa’labah Abdurrahman—yang berasal dari kalangan Anshar—masuk Islam. Setelah memeluk Islam, Tsa’labah sangat mencintai Rasulullah saw dan selalu siap melayani keperluan beliau.
Suatu ketika, Rasulullah saw mengutus Tsa’labah bin Abdurrahman untuk suatu keperluan. Tsa’labah berangkat menuju tempat yang dimaksud. Dia melewati rumah-rumah penduduk. Tiba-tiba, matanya melihat sesuatu yang menarik. Saat itu, dia melintas di depan rumah salah seorang wanita Anshar.
Beberapa saat Tsa’labah tidak beranjak. Matanya tidak berkedip memandangi wanita Anshar yang sedang mandi. Setelah agak lama, barulah Tsa’labah tersentak. Dia sendiri kaget dengan apa yang baru saja diperbuatnya, bahwa mengintip itu termasuk perbuatan dosa. Tsa’labah berkali-kali beristighfar. Ada satu kekhawatiran menyelinap di dalam dirinya, akan ada wahyu yang turun kepada Rasulullah saw berhubungan dengan ulahnya yang memalukan.
Perasaan bersalah membuat Tsa’labah merasa tidak tenang. Tanpa membuang-buang waktu, dia berlari sekencang-kencangnya menuju sebuah bukit yang terletak di antara Mekkah dan Madinah. Dia terus mendaki bukit itu dan tinggal di sana beberapa lama.
Selama empat puluh hari, Tsa’labah menghilang. Banyak sahabat yang bertanya-tanya, ke mana gerangan Tsa’labah, termasuk Rasulullah saw juga merasa kehilangan dia.
Hingga pada suatu hari, turunlah Malaikat Jibril. Malaikat penyampai wahyu ini kemudian menghampiri Rasulullah saw.
“Muhammad, Allah menyampaikan salam untukmu dan menyampaikan bahwa ada seorang pemuda dari umatmu berada di sebuah bukit. Pemuda ini sedang memohon perlindungan kepada-Nya.”
Mendengar kabar seperti itu, segera saja beliau menyuruh Umar dan Salman untuk mencari Tsa’labah bin Abdurrahman. Mereka pun pergi menyusuri perbukitan di sekitar Mekkah dan Madinah. Dalam pencarian itu, mereka berjumpa dengan seorang penggembala asal Madinah yang bernama Dzufafah.
“Nak, apakah engkau pernah melihat seorang pemuda tinggal di sekitar perbukitan ini?”
“Jangan-jangan, yang Tuan maksud itu seorang pemuda yang kabur dari neraka Jahanam?”
“Mengapa engkau menyebut pemuda itu kabur dari neraka Jahanam?” Umar terkejut mendengar ucapan si penggembala.
“Pemuda itu sangat misterius, kelakuannya juga aneh. Bila malam tiba, dia turun dari perbukitan ini dengan meletakkan tangan di atas kepala. Seperti orang yang sangat menyesal, pemuda itu mengulang-ngulang perkataan, ‘Ya Allah, mengapa tidak Engkau cabut saja nyawaku. Mengapa tidak Engkau binasakan saja tubuhku ini. Mengapa tidak Engkau biarkan aku menunggu keputusan-Mu di pengadilan akhirat saja!’”
“Nah, sepertinya pemuda itu yang sedang kami cari,” tanggap Umar girang.
Kemudian, mereka bertiga menyusuri perbukitan. Si penggembala berjalan di depan sebagai penunjuk jalan. Benar apa yang dikatakan si penggembala. Menjelang malam, pemuda yang dimaksud keluar. Sosoknya muncul dari arah sebuah bukit. Seperti kata si penggembala, pemuda ini meletakkan tangan di atas kepalanya sambil berkata, “Ya Allah, mengapa tidak Engkau cabut saja nyawaku. Mengapa tidak Engkau binasakan saja tubuhku ini. Mengapa tidak Engkau biarkan aku menunggu keputusan-Mu di pengadilan akhirat saja!”
Umar terharu mendengar kata-kata yang diucapkan Tsa’labah. Apalagi setelah melihat kondisi tubuh Tsa’labah yang sangat memprihatinkan. Rambutnya kusut, baju kotor, dan tubuh kurus. Beberapa saat kemudian Umar menghampiri dan memeluk Tsa’labah.
“Umar, apakah Rasulullah saw sudah mengetahui perbuatanku?”
“Sungguh, saya tidak tahu pasti. Hanya, kemarin beliau menyebut-nyebut namamu. Beliau lantas mengutus aku dan Salman untuk mencari kamu.”
“Umar, saya minta satu hal. Tolong bawa saya menghadap Rasulullah saw saat beliau shalat.”
Umar mengangguk setuju. Setelah mengucapkan terima kasih kepada si penggembala, ketiga sahabat Rasulullah saw ini pun kembali ke Madinah. Perjalanan mereka diatur sedemikian rupa agar bisa sampai ke Madinah pada saat Rasulullah saw sedang menunaikan shalat.
Umar, Salman, dan Tsa’labah segera bergabung mengisi shaf. Ketika mendengar bacaan Rasulullah saw, Tsa’labah tersungkur pingsan. Setelah selesai shalat, para sahabat heran melihat Tsa’labah pingsan.
“Umar! Salman! Apa yang terjadi dengan Tsa’labah?” tanya Rasulullah saw sambil mendekat ke tubuh Tsa’labah yang sedang tergolek pingsan.
“Kami tidak tahu, ya Rasulullah saw!”
Kemudian, Tsa’labah tersadar dari pingsannya.
“Tsa’labah, darimana saja kamu? Tiba-tiba saja kamu menghilang sekian lama. Sekarang, datang tiba-tiba pingsan.”
“Saya telah berbuat dosa, ya Rasulullah!” jawab Tsa’labah nyaris tak terdengar. Kepalanya menunduk, dari sudut matanya menetes beberapa titik air mata.
“Dulu, aku pernah mengajarimu doa, apabila kamu baca, akan menghapus dosamu. Kamu masih ingat?”
“Masih, ya Rasulullah. ‘Ya Tuhan kami, sudilah Engkau memberi kami kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Lindungilah kami dari azab neraka.’“
“Nah, itu dia!”
“Tapi, ya Rasulullah, saya rasa, dosa saya ini sangat besar.”
“Al-Quran adalah Kalamullah. Kalamullah jauh lebih besar daripada dosamu.”
“Rasulullah saw kemudian mengantar Tsa’labah pulang ke rumahnya. Tubuh Tsa’labah masih lemah dan kondisinya bertambah parah. Tsa’labah harus terbaring di tempat tidur selama delapan hari.
Mendengar kabar Tsa’labah sakit, Salman menjenguk ke rumahnya. Sekembali dari rumah Tsa’labah, dia tidak langsung pulang, tetapi mampir ke rumah Rasulullah saw serta mengabari beliau ihwal sakitnya Tsa’labah.
“Rasulullah, sudah beberapa hari Tsa’labah sakit keras,” ungkap Salman.
Rasulullah bersiap-siap untuk menengok Tsa’labah. Sesampai di rumah Tsa’labah, Rasulullah saw meletakkan kepala Tsa’labah di atas pangkuannya. Namun, Tsa’labah malah menggeserkan kepalanya dari pangkuan beliau.
“Mengapa kamu tidak mau merebahkan kepalamu di atas pangkuanku?” tanya beliau.
“Saya merasa tidak pantas. Saya telah berbuat dosa, ya Rasulullah.”
“Bagaimana keadaanmu kamu sekarang? Apa yang kamu rasakan?”
“Saya merasa tidak enak badan. Tulang, daging, dan kulit saya terasa seperti dikerubuti banyak semut.”
“Apa yang kamu inginkan?”
“Ampunan Allah,” jawab Tsa’labah lirih.
Selang beberapa saat kemudian, Malaikat Jibril datang menemui Rasulullah saw.
“Muhammad, Allah menitipkan pesan, ‘Andaikan hamba-Ku ini menghadap ke Hadirat-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, niscaya Kutemui dia dengan ampunan sepenuh bumi pula.‘“
Kabar gembira ini kemudian disampaikan beliau kepada Tsa’labah. Demi mendengar kabar ini, Tsa’labah menjerit histeris. Saking gembira, tubuh Tsa’labah terkulai lemas. Kali ini bukan sekadar pingsan, tetapi dia meninggal dunia.
Suasana berkabung, para sahabat berdatangan melayat. Rasulullah saw memerintahkan beberapa orang untuk mengurus jenazah Tsa’labah. Tsa’labah dimandikan dan dikafani.
Ada kejadian aneh seusai Tsa’labah dishalatkan. Para sahabat merasa heran melihat Rasulullah saw berjalan sambil berjingkat-jingkat.
Selesai pemakaman, barulah ada seorang sahabat yang memberanikan diri bertanya, “Ya Rasulullah, tadi kami melihat engkau berjalan sambil berjingkat-jingkat. Ada apa sebenarnya?”
“Demi Allah, saya berjalan sambil berjingkat-jingkat karena makam Tsa’labah dipenuhi malaikat yang menziarahinya.”
“Pandangan mata adalah panah beracun dari antara panah-panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada-Ku maka Aku ganti dengan keimanan yang dirasakan manis dalam hatinya.” (HR Al-Hakim)

Anjing-anjing neraka


                        Sabda Rasulullah s.a.w. kepada Mu'adz, "Wahai Mu'adz, apabila di dalam amal perbuatanmu itu ada kekurangan :

· Jagalah lisanmu supaya tidak terjatuh di dalam ghibah terhadap saudaramu/muslimin.
· Bacalah Al-Quran
· Tanggunglah dosamu sendiri untukmu dan jangan engkau tanggungkan dosamu kepada orang lain.
· Jangan engkau mensucikan dirimu dengan mencela orang lain.
· Jangan engkau tinggikan dirimu sendiri di atas mereka.
· Jangan engkau masukkan amal perbuatan dunia ke dalam amal perbuatan akhirat.
· Jangan engkau menyombongkan diri pada kedudukanmu supaya orang takut kepada perangaimu yang tidak baik.
· Jangan engkau membisikkan sesuatu sedang dekatmu ada orang lain.
· Jangan engkau merasa tinggi dan mulia daripada orang lain.
· Jangan engkau sakitkan hati orang dengan ucapan-ucapanmu. 

                        Nescaya di akhirat nanti, kamu akan dirobek-robek oleh anjing neraka. Firman Allah s.w.t. yang bermaksud, "Demi (bintang-bintang) yang berpindah dari satu buruj kepada buruj yang lain."
Sabda Rasulullah s.a.w., "Dia adalah anjing-anjing di dalam neraka yang akan merobek-robek daging orang (menyakiti hati) dengan lisannya, dan anjing itupun merobek serta menggigit tulangnya."
Kata Mu'adz, " Ya Rasulullah, siapakah yang dapat bertahan terhadap keadaan seperti itu, dan siapa yang dapat terselamat daripadanya?" Sabda Rasulullah s.a.w., "Sesungguhnya hal itu mudah lagi ringan bagi orang yang telah dimudahkan serta diringankan oleh Allah s.w.t."

KISAH MALAIKAT JIBRIL DAN MALAIKAT MIKAIL MENANGIS


                        Dalam sebuah kitab karangan Imam al-Ghazali menyebutkan bahawa iblis laknatullah itu sesungguhnya namanya disebut sebagai al-Abid (ahli ibadah) pada langit yang pertama, pada langit yang keduanya disebut az-Zahid. Pada langit ketiga, namanya disebut al-Arif. Pada langit keempat, namanya adalah al-Wali. Pada langit kelima, namanya disebut at-Taqi. Pada langit keenam namanya disebut al-Kazin. Pada langit ketujuh namanya disebut Azazil manakala dalam Luh Mahfudz, namanya ialah iblis.

                        Dia (iblis) lupa akibat urusannya. Maka Allah s.w.t. telah memerintahkannya sujud kepada Adam. Lalu iblis berkata, "Adakah Engkau mengutamakannya daripada aku, sedangkan aku lebih baik daripadanya. Engkau jadikan aku daripada api dan Engkau jadikan Adam daripada tanah." Lalu Allah s.w.t. berfirman yang maksudnya, "Aku membuat apa yang aku kehendaki." Oleh kerana iblis laknatullah memandang dirinya penuh keagungan, maka dia enggan sujud kepada Adam a.s. kerana bangga dan sombong. Dia berdiri tegak sampai saatnya malaikat bersujud dalam waktu yang berlalu. Ketika para malaikat mengangkat kepala mereka, mereka mendapati iblis laknatullah tidak sujud sedang mereka telah selesai sujud. Maka para malaikat bersujud lagi bagi kali kedua kerana bersyukur, tetapi iblis laknatullah tetap angkuh dan enggan sujud. Dia berdiri tegak dan memaling dari para malaikat yang sedang bersujud. Dia tidak ingin mengikut mereka dan tidak pula dia merasa menyesal atas keengganannya.

                        Kemudian Allah s.w.t. merubahkan mukanya pada asalnya yang sangat indah cemerlangan kepada bentuk seperti babi hutan. Allah s.w.t. membentukkan kepalanya seperti kepala unta, dadanya seperti daging yang menonjol di atas punggung, wajah yang ada di antara dada dan kepala itu seperti wajah kera, kedua matanya terbelah pada sepanjang permukaan wajahnya. Lubang hidungnya terbuka seperti cerek tukang bekam, kedua bibirnya seperti bibir lembu, taringnya keluar seperti taring babi hutan dan janggut terdapat sebanyak tujuh helai.

                        Setelah itu, lalu Allah s.w.t. mengusirnya dari syurga, bahkan dari langit, dari bumi dan ke beberapa jazirah. Dia tidak akan masuk ke bumi melainkan dengan cara sembunyi.Allah s.w.t. melaknatinya sehingga ke hari kiamat kerana dia menjadi kafir. Walaupun iblis laknatullah itu pada sebelumnya sangat indah cemerlang rupanya, mempunyai sayap empat, banyak ilmu, banyak ibadah serta menjadi kebanggan para malaikat dan pemukanya, dan dia juga pemimpin para malaikat karubiyin dan banyak lagi, tetapi semua itu tidak menjadi jaminan sama sekali baginya.

                        Ketika Allah s.w.t. membalas tipu daya iblis laknatullah, maka menangislah Jibril a.s.dan Mikail. Lalu Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud, "Apakah yang membuat kamu menangis?" Lalu mereka menjawab, "Ya Allah! Kami tidaklah aman dari tipu dayamu." Firman Allah s.w.t. bagi bermaksud, "Begitulah akuJadilah engkau berdua tidak aman dari tipu dayaku." Setelah diusir, maka iblis laknatullah pun berkata, "Ya Tuhanku, Engkau telah mengusir aku dari Syurga disebabkan Adam, dan aku tidak menguasainya melainkan dengan penguasaan-Mu."

                        Lalu Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud, "Engkau dikuasakan atas dia, yakni atas anak cucunya, sebab para nabi adalah maksum." Berkata lagi iblis laknatullah, "Tambahkanlah lagi untukku." Allah s.w.t. berfirman yang maksudnya, "Tidak akan dilahirkan seorang anak baginya kecuali tentu dilahirkan untukmu dua padanya." Berkata iblis laknatullah lagi, "Tambahkanlah lagi untukku." Lalu Allah s.w.t. berfirman dengan maksud, "Dada-dada mereka adalah rumahmu, engkau berjalan di sana sejalan dengan peredaran darah." Berkata iblis laknatullah lagi, "Tambahkanlah lagi untukku." Maka Allah s.w.t. berfirman lagi yang bermaksud, "Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukan yang berjalan kaki, ertinya mintalah tolong menghadapi mereka dengan pembantu-pembantumu, baik yang naik kuda mahupun yang berjalan kaki. Dan berserikatlah dengan mereka pada harta, iaitu mendorong mereka mengusahakannya dan mengarahkannya ke dalam haram."

"Dan pada anak-anak, iaitu dengan menganjurkan mereka dalam membuat perantara mendapat anak dengan cara yang dilarang, seperti melakukan senggama dalam masa haid, berbuat perkara-perkara syirik mengenai anak-anak itu dengan memberi nama mereka Abdul Uzza, menyesatkan mereka dengan cara mendorong ke arah agama yang batil, mata pencarian yang tercela dan perbuatan-perbuatan yang jahat dan berjanjilah mereka." (Hal ini ada disebutkan dalamsurah al-Isra ayat 64 yang bermaksud : "Gerakkanlah orang yang engkau kuasai di antara mereka dengan suara engkau dan kerahkanlah kepada mereka tentera engkau yang berkuda dan yang berjalan kaki dan serikanlah mereka pada harta dan anak-anak dan berjanjilah kepada mereka. Tak ada yang dijanjikan iblis kepada mereka melainkan (semata-mata) tipuan."

BANGKITLAH WAHAI HATI. MARI KEJAR KEJAYAAN .

Kata-kata Hikmah Motivasi Diri

Berusahalah, jangan berpuas hati sehingga yang baik menjadi lebih baik dan yang lebih baik menjadi paling baik. (Larry Bielat)

Manusia cemerlang fokus kepada kerja penting walaupun tidak seronok. Sementara manusia lemah fokus kepada kerja seronok walaupun tidak penting. (Dr. Shukri Abdullah)

Kejayaan bergantung kepada apa yang anda lakukan dengan diri anda. (Ron Jenson)

Kegagalan bukan muktamad. Kita gagal kerana terlalu cepat mengaku kalah dan mudah putus asa. (Lewis Timberlane)

Tidak ada kemajuan tanpa perubahan. Mereka yang tidak boleh mengubah pemikiran tidak boleh mengubah apa-apa. (George Bernard Shaw)

Musuh utama kecemerlangan bukanlah kekurangan fizikal, sosial atau ekonomi tetapi mental. (Dr. Shukri Abdullah)

Saya tidak kalah apabila saya berada di bawah. Saya hanya kalah sekiranya saya tidak bangun semula dari bawah. (Dr. Shukri Abdullah)

Buatlah apa yang anda mampu buat, dengan apa yang anda ada dan di mana sahaja anda berada kerana tiada alasan di dalam kamus pemburu kejayaan. (Henry Truman)

Secara semulajadi semua manusia itu sama, tetapi ilmu menjadikan mereka cukup berbeza. (Bidalan Cina)

Rancanglah masa depan anda kerana di situlah anda akan menghabiskan hidup anda. (Dr. Shukri Abdullah)

RAJIN itu adalah punca segala kejayaan dan MALAS pula punca segala kegagalan. (Dr. Shukri Abdullah)

Rahsia kejayaan cuma ada dua perkataan, TRY (cuba lagi) HARDER (lebih kuat). (J.P Ghetty – Billionaire)

Memulakan sesuatu itu adalah hebat tetapi menyelesikannya adalah lebih hebat! (H.W Longfellow)

Kebanyakan orang gagal bukan kerana bodoh tetapi mereka gagal kerana melakukan kerja bodoh. (Dr. Shukri Abdullah)

Manusia yang berakal ialah manusia yang suka menerima dan meminta nasihat. (Saidina Umar Al-Khattab)

Kemahuan adalah umpama orang buta yang perkasa mendukung orang lumpuh yang dapat melihat. (Arthur Schopenauer)

Kesusahan yang dialami kerana berusaha untuk berjaya hanya sekejap sahaja kemudian akan senang seumur hidup. (Ibnu Yusuf)

Tidak ada manusia yang dengan sendirinya menjadi cerdik. (Dr. Shukri Abdullah)

Meminta maaf jangan membuat diri kita menjadi hina. Memberi maaf jangan membuat kita merasa bangga. Tapi saling memaafkan itulah yang mulia (Silvana)

Jika lidah selalu basah dengan dzikrullah, jika pikiran selalu tertuju pada keinginan untuk mendapat Redha Allah, maka bersiaplah untuk manisnya iman dan nikmatnya ibadah (Rudi)

Sebaik-baik manusia adalah orang yang jika dilihat maka dapat mengingatkan kepada Allah (Zahwa)

Sebaik-baik manusia adalah yang sedikit bicara banyak berbuat kebaikan. Seburuk-buruk manusia adalah yang banyak bicara namun sedikit berbuat kebaikan (Azis)

Kita harus menyedari bahwa yang lebih berhak atas diri kita hanyalah Allah swt. Sang Khalik. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur dengan apa yang diberikannya, apapun itu (Asih)

Bahaya kepandaian adalah berbuat sekehendak hati. Bahaya keberanian adalah melampaui batas. Bahaya toleransi adalah menyebut-nyebut kebaikannya. Bahaya kecantikan adalah sombong. Bahaya ucapan adalah dusta. Bahaya ilmu adalah lupa. Bahaya pemurah adalah berlebih-lebihan(Tengku Abdul Wahab)

Teman yang benar bukanlah teman yang selalu membenarkan perkataanmu, akan tetapi teman yang benar adalah teman yang selalu berkata benar kepadamu (Salman)

Apabila kesusahan datang menerpa diri dan kecemasan bertumpang tindih menghimpit Anda, ucapkanlah “Laa Ilaah Illallaah” (Maidi)

Hasan Al-Basri berkata : “Aku tahu rezekiku tidak dimakan orang lain, keranaNya hatiku tenang. Aku tahu amalan-amalanku tidak mungkin dilakukan orang lain, maka aku sibukkan diriku dengan beramal. Aku tahu Allah selalu melihatku,keranaNya aku malu bila Allah mendapatiku melakukan maksiat. Aku tahu kematian menantiku, maka aku persiapkan bekal untuk berjumpa dengan Robb-Ku”

Empat hal yang dipandang sebagai ibu : Ibu dari segala ubat adalah sedikit makan. Ibu dari segala adab adalah sedikit bicara. Ibu dari segala ibadah adalah takut dosa. Ibu dari segala cita-cita adalah sabar. (Key)

Kelalaian itu merupakan keburukan dan dzikrullah merupakan kemenangan. Tidak ada kebaikan dalam hidup tanpa persaudaraan kerana Allah. Kadang seseorang bisa lupa kerana harta yang dia lihat atau emas yang dia beli tetapi ia tidak akan melupakan seseorang yang dia cintai kerana Allah (Jun)

Semakin bertambah keilmuan dan kekayaan seseorang, akan makin besar pula amanah yang dibeban olehnya. Tirulah padi, semakin berisi semakin menunduk (Abdullah Ibn Adam)

Kebenaran tidak diukur dengan banyaknya orang yang mau melakukannya, namun kebenaran adalah apa saja yang mendasari Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman salafus salih (Anisya LM)

Perbanyaklah menanam kebaikan meskipun orang yang menerima kebaikan itu tidak membalas seperti yang kita tanam, pasti akan ditanam hasilnya, entah sekarang atau esok, atau mungkin jadi ladang amal di akhirat kelak (Gilang)

Manusia yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari teman. Namun yang lebih lemah dari itu adalah orang yang mendapatkan banyak teman tetapi menyia-nyiakannya. (Ali bin Abi Thalib)

Kita berdoa jika kesusahan dan memerlukan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan rezeki melimpah (Khalil Gibran)

Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan dilempari dengan batu, tapi membalas dengan buah (Abu Bakar Sibli)

Apabila kamu tidak bisa berbuat kebaikan kepada orang lain dengan kekayaanmu, maka berilah mereka kebaikan dengan wajahmu yang berseri-seri, disertai akhlak yang baik (Nabi Muhammad Saw.)

Kerana manusia cinta akan dirinya, tersembunyilah baginya aib dirinya. Tidak kelihatan olehnya walaupun nyata.  Kecil di pandangnya walau bagaimana pun besarnya (Jalinus At Thabib)

August 31, 2013

Kisah Imam Ahmad Ibnu Hambal mengenai kelebihan istighfar


Pada suatu hari, Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah ingin menghabiskan malamnya di sebuah masjid, tetapi penjaga masjid tidak membenarkannya (mungkin kerana dia tidak mengenali Imam Ahmad bin Hambal). Puas Imam Ahmad bin Hambal memujuk penjaga masjid tersebut, namun tidak berhasil.

Sehingga akhirnya Imam Ahmad bin Hambal berkata: “Aku akan tidur di atas kakiku sendiri (yakni tidur berdiri).” Dan sememangnya Imam Ahmad bin Hambal tidur dalam keadaan tersebut. Melihatkan keadaan itu, penjaga masjid tersebut tetap tidak berpuas hati, lalu dihalaunya Imam Ahmad bin Hanbal keluar dari masjid tersebut.

Kelihatan Imam Ahmad tenang dan tampak pada raut wajahnya ciri-ciri seorang insan yang mulia. Dalam situasi itu, seorang pembuat roti telah melihatnya. Lantas dia membawa Imam Ahmad keluar dari kawasan masjid itu dan menawarkan kepadanya tempat untuk bermalam.

Maka Imam Ahmad pun beredar bersama pembuat roti itu dan beliau telah dilayan dengan layanan yang baik. Kemudian si pembuat roti itu pun meninggalkan Imam berehat dan dia pergi menguli tepung. Imam Ahmad mendengar pembuat roti itu beristighfar tanpa henti sepanjang malam. Ini membuatkan Imam Ahmad berasa kagum terhadapnya.

Apabila menjelang pagi, Imam Ahmad bertanya kepada pembuat roti itu tentang istighfarnya malam tadi: “Apakah kamu dapat hasil dari istighfarmu itu? Imam Ahmad sengaja bertanyakan soalan ini sedangkan beliau sudah mengetahui kelebihan dan faedah istighfar.

Pembuat roti menjawab: “Ya, demi Allah aku tidak berdoa dengan satu doa pun kecuali ia akan dikabulkan Allah. Cuma ada satu doa lagi yang masih belum diperkenankan.” Imam Ahmad bertanya: “Apakah doa itu?”

Pembuat roti pun berkata: “Aku sangat menginginkan bertemu dan melihat Imam Ahmad bin Hambal.” Lantas Imam Ahmad berkata: “Akulah Ahmad bin Hambal! Demi Allah, sesungguhnya aku telah dibawa oleh Allah kepadamu!”

Diterjemahkan dari teks asal berbahasa arab di fattabiouni (FB)

Pemuda Yang Tidak Terkenal di Bumi, Tetapi Terkenal Di Langit




Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, dadanya bidang,  kulitnya kemerah-merahan, dagunya memanjang ke dada kerana selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, seorang ahli membaca Al Qur’an dan sering menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya sebagai selendang, tiada orang yang menghiraukan, beliau tidak dikenali oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk syurga, dia akan dipanggil berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin kepadanya untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan syurga tiada yang ketinggalan kerana kesolehannya.

Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Dia tidak dikenali masyarakatnya apatah lagi dengan kemiskininan yang dimilikinya, ramai yang suka mentertawakan, mengejek-ejek, dan menuduhnya sebagai tukang mengadu domba, pencuri serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya. Seorang fuqoha’ di negeri Kuffah, kerana ingin duduk dekat dengannya, telah memberikan hadiah dua helai pakaian kepada Uwais al-Qarni, pemberian hadiah tersebut disambut, namun dikembalikan olehnya seraya berkata:

“Aku khuatir, nanti ada orang yang menuduh aku, dari mana kamu dapatkan pakaian itu, pasti dari mencuri”.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tidak punya sanak saudara kecuali hanya ibunya yang telah tua dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekadar menampung kehidupan sehariannya bersama Si ibu, apabila ada kelebihan, dia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai penggembala dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, dia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya serta Wujud ALLAH SWT Tanpa Tempat. Islam mendidik setiap umat agar berakhlak mulia. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalam Islam sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, dia segera memeluknya, kerana selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam secara langsung. Sekembalinya beliau ke Yaman, mereka memperbaharui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.

Alangkah sedihnya hati Uwais setiap kali melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang dia sendiri belum termampu berbuat begitu.

Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.

Diceritakan ketika terjadi perang Uhud, Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasalam ditimpa kecederaan dan gigi baginda yang dikasihi patah kerana dilempari batu oleh musuh-musuh baginda. Khabar ini akhirnya sampai kepada Uwais. Dia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada baginda Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam, walaupun beliau belum pernah melihatnya. ALLAHU ALLAH, lalu bagaimana pula dengan kita pada hari ini, yang masih curiga dengan keberadaan Sayyiddinna Muhammad Rasulillah. Sehingga ada yang membid’ahkan amalan Maulidur Rasul atau memusnahkan segala peninggalan sirah baginda.

Firman ALLAH Subhanahu Wa Taala;
“Dan (juga diutus untuk kaum) yang lain dari mereka, belum pernah berhubungan dengan mereka. Dan DIA(ALLAH Subhanahu Wa Taala) Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”
[Al-Jumaah:3]

Hari berganti hari dan musim-musim suka dan gembira terus berlalu, dan kerinduan yang tidak terbendung terhadap Sayyiddina Muhammad Rasulillah membuatkan hasrat hati Uwais al-Qarni untuk bertemu baginda Shollallahu Alaihi Wassalam tidak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya ke dalam hati, bilakah dia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah baginda dari dekat? Tetapi, bukankah dia mempunyai ibu yang sangat memerlukan penjagaannya dan tidak boleh ditingalkan sendirian, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassalam. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan untuk pergi menziarahi Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam di Madinah. Ibu Uwais, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Si ibu amat memahami perasaan Uwais, lalu berkata:

“Pergilah wahai anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa baginda, segeralah engkau kembali pulang.”

Dengan rasa gembira dia berkemas untuk berangkat dan tidak lupa untuk menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama beliau bermusafir menemui kekasihnya dan kekasih ALLAH Subhanahu Wa Taala.

Sesudah bersalaman sambil mengucup dahi ibu yang dikasihinya, berangkatlah Uwais menuju ke Madinah dengan jaraknya lebih kurang empat ratus kilometer dari Yaman. Beliau melalui perjalanan yang begitu mencabar, Uwais tidak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir luas yang dapat menyesatkan serta begitu panas di siang hari, dingin malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya susuk baginda Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam yang selama ini dirindukannya.

Apabila Uwais al-Qarni tiba di kota Madinah. Beliau segera menuju ke rumah Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah Sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera, Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata baginda Shollallahu Alaihi Wassalam tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh beliau datang untuk menemui insan yang dirinduinya tetapi baginda Shollallahu Alaihi Wassalam tiada di rumah.

Did alam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kepulangan Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam daripada medan perang. Tetapi, bila pula baginda akan pulang? Sedangkan, masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar dia cepat pulang ke Yaman, “Engkau harus lekas pulang”.

Kerana ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemahuannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi Muhammad Shollallah Alaihi Wassalam. Uwais akhirnya dengan berat hati memohon izin kepada Sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi Shollallahu Alaihi Wassalam dan melangkah pulang dengan perasaan haru.

Ketika pulang dari perang, Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam menjelaskan bahawa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Dia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rasulullah Shollallahu Alaihi Wassalam, Sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya terpegun. Menurut Sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang mencari Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam dan orang itu segera pulang kembali ke Yaman, kerana ibunya sudah tua serta uzur sehingga dia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Rasulullah SAW bersabda:
“Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, dia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.”

Sesudah itu Baginda Shollallahu Alaihi Wassalam, memandang kepada Sayyidina Ali k.w. dan Sayyidina Umar r.a. dan bersabda:
“Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.

Tahun terus berganti, dan tidak lama kemudian Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam wafat, hingga kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah digantikan dengan Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada Sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama.

Sejak itu, setiap kali ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa hairan, apakah sebenarnya yang terjadi sehingga Uwais al-Qorni dicari oleh kedua-dua sahabat rafik Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam ini. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera Khalifah Umar r.a. dan Sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahawa dia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, mereka berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni.

Tiba di khemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar r.a. dan Sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun, Uwais sedang melaksanakan solat. Setelah mengakhiri solatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabat tangan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wassalam. Memang benar! Dia penghuni langit.

Dan ditanya Uwais oleh Sayyidina Umar r.a dan Sayyidina Ali k.w,
"Siapakah nama saudara?”
“Abdullah”, jawab Uwais.
Mendengar jawaban itu, kedua sahabat Rasulullah turut tertawa dan mengatakan :
“Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?”
Uwais kemudian berkata:
“Nama saya Uwais al-Qorni”.

Dalam bualan mereka, diketahuilah bahawa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, dia baru dapat bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah:
“Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”.

“Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”
Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata:


Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata:
“Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”.
Kerana desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu, Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan wang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera Uwais menolak dengan santun serta berkata :

“Hamba mohon supaya hari ini sahaja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam serta tidak kedengaran beritanya. Tetapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan dibantu oleh Uwais, waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin taufan bertiup dengan kencang.

Akibatnya, hempasan ombak telah memukul kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang lelaki yang mengenakan selimut berbulu di hadapan kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan solat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu.

“Wahai waliyullah, Tolonglah kami!”
Tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi,
“Apa yang terjadi?”
“Tidakkah engkau melihat bahawa kapal ini ditiup angin dan dipukul ombak dahsyat?” tanya kami.
“Dekatkanlah diri kalian pada Allah!” katanya.
“Kami telah melakukannya.”
“Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca Bismillahirrahmaanirrahiim!”

Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul. Pada saat itu jumlah kami lima ratus orang lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan kapal kami berserta isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu orang itu berkata pada kami,

“Tidak mengapa harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat.”
“Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan?” Tanya kami.
“Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.
Kemudian kami berkata lagi kepadanya,
“Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.”
“Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membahagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.
“Ya,”jawab kami.

Orang itu pun melaksanakan solat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan.

Setibanya di Madinah, kami membahagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal. Beberapa waktu kemudian, tersiar khabar kalau bahawa Uwais al-Qorni telah kembali ke rahmatullah.

Anehnya, pada ketika jenazah Uwais al-Qorni akan dimandikan tiba-tiba ramai orang yang berebut-rebut untuk memandikannya. Dan ketika jenazah Uwais dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafankan, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafankanya. Demikian pula ketika orang hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan jenazah dibawa menuju ke tanah perkuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan,
“Ketika aku ikut menguruskan jenazahnya hingga aku pulang dari menghantarkan jenazahnya, lalu aku berniat untuk kembali ke tempat kuburnya untuk memberi tanda [batu nisan] pada kuburnya, akan tetapi sudah tidak terlihat bekas kuburannya.”
(Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan Sayyidina Umar r.a.)

Berita kematian Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak perkara-perkara yang menghairankan telah berlaku. Kehadiran ramai orang yang tidak dikenali untuk menguruskan jenazah dan pengembumiannya, sedangkan Uwais adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak dia dimandikan sehingga jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ pasti ada orang-orang yang telah bersdia melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling terrtanya-tanya:

“Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni? Bukankah Uwais yang kita kenali, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa harta, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala kambing dan unta? Tetapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenali. Mereka datang dalam jumlah yang ramai. Apakah mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk menguruskan jenazah dan pengembumiannya.”

Ketika itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapakah “Uwais al-Qorni”, ternyata dia tidak terkenal di bumi tetapi menjadi terkenal di langit.